Thursday 7 December 2023
Friday 18 August 2023
Thursday 17 August 2023
Friday 28 July 2023
Kemarin, salah seorang santri kelas 7 mendatangiku yang tengah mengecek kamar santri. Ia mendekat dan berkata, "Bang, Danang katanya malam ini mau kabur."
Betapa terkejutnya aku mendengar berita itu. Antara yakin dan enggak yakin, karena Danang saat ini masih duduk di bangku kelas 1 SMP. Aku kemudian pergi ke kamar Danang. Kudapati dia tengah terbaring karena mengaku sedang sakit di hari itu. Sebenarnya aku pun tak yakin dia sakit beneran apa enggak. Suhu tubuhnya normal, badannya biasa aja, enggak kelihatan lemes.
Aku kemudian mengabari teman-teman pengurus lain yang ada di pondok. Mereka pun berpikiran yang sama denganku. "Enggak mungkin," kata mereka sependapat.
Malam harinya, Danang masih mengaku kalau dirinya masih sakit. Ya udah, akhirnya kami izinin dia istirahat di kamar. Aku meminta teman-teman santri pengabdian untuk memantau Danang biar enggak kabur.
Malam harinya, kami jadi lebih sering mengecek kamar Danang. Sampai masuk waktu Shubuh, dia masih terbaring di kamar.
Pukul 03.30 pagi, kami membangunkan semua santri untuk melaksanakan sholat tahajud. Danang masih ada di ranjangnya. Semua pengurus terfokus untuk mengarahkan santri ke masjid.
Pukul 05.30, semua santri sedang menyetorkan hafalannya masing-masing. Tiba-tiba seorang santri mendatangiku dan memberitahu kalau Danang udah enggak ada di kamar. Barang-barangnya juga nggak ada.
Ya Allah ....
Oh iya, Danang ini rumahnya di Jakarta Utara. Lumayan jauh kalau dari Leuwiliang, tempat pondok kami. Tapi sayangnya, pondok kami terletak nggak jauh dari terminal yang ada bis jurusan Jakarta Utara.
Aku kemudian mengajak Mas Ton, salah satu pengurus pondok juga, untuk mencari Danang.
Kami tengok setiap sudut di jalan, namun tak ada Danang di sana.
Kami lalu mencari menuju terminal untuk memastikan bahwa Danang belum pergi meninggalkan Leuwiliang.
Benar saja, Danang sudah duduk di dalam bis.
Aku kemudian meminta izin ke sopir bis untuk membawa Danang turun dari bis. Untungnya, sopir bis bisa diajak kerja sama.
Danang melakukan perlawanan. Keputusannya untuk kabur dan pulang ke rumah sudah bulat. Kami kemudian menellfon orangtua Danang untuk meminta izin membawa Danang kembali ke pondok.
Orangtua Danang mengizinkan. Kami kemudian menarik paksa dia agar bisa kembali ke pondok.
Sempat ada keributan di dalam bis, namun karena sopir bis mendukung kami, kami akhirnya bisa membawa Danang keluar dari bis. Barang-barang Danang kami bawa. Danang benar-benar melawan kami.
Sejujurnya, untuk usia 1 SMP, tindakan dia sudah sangat nekad.
Beruntungnya, salah seorang satpam pondok menemui kami saat berada di terminal. Danang kemudian naik motor bersamanya untuk menuju ke pondok kembali.
Beneran deh, capek banget bujukin Danang biar bisa balik lagi ke pondok.
Siang ini, Danang masih kami minta untuk tidur di kantor asatidz (pengurus pondok) agar lebih gampang kami pantau. Enggak tau deh, semoga habis ini dia berubah pikiran dan mau melanjutkan mondok.
"Titip Danang ya, saya pengin Danang bisa ngaji. Jangan kayak orangtuanya ini yang nggak bisa ngaji. Kami pengin Danang ngasih mahkota buat kami kelak di akhirat." Pesan dari orangtua Danang itulah yang menjadi motivasi kami untuk menjaga Danang sampai sekarang, meski dari hari pertama masuk, ia selalu meminta pulang.