Abrahah merupakan nama seorang raja yang konon pada masa kelahiran Nabi Muhammad, memimpin 'pasukan gajah' untuk menghancurkan ka'bah di Mekah.
Peristiwa tersebut diceritakan dalam surat al-Fiil (jamak fiyalah, fuyul, dan afyal) yang dalam Bahasa Arab berarti gajah.
Banyak yang menceritakan bahwa pada masa sebelum itu, terjadi pembunuhan besar-besaran orang Nasrani oleh Zu Nuwas. Mendengar hal itu, raja Abisinia mengirim sebuah pasukan besar yang dipimpin oleh Aryat dan Abrahah sebagai wakil raja. Pasukan tersebut kemudian dapat menaklukkan Yaman.
Setelah kejadian tersebut, terjadi pertarungan antara Aryat dengan Abrahah yang kemudian menyebabkan Aryat terbunuh. Dengan terbunuhnya Aryat, maka kemudian Yaman berada di tangan Abrahah.
Setelah dipercaya menjadi gubernur di Yaman, Abrahah kemudian membangun sebuah katedral (gereka) besar di Shan'a yang konon terbuat dari barang-barang mewah. Pualam (marmer) yang dibawa dari peninggalan istana Ratu Saba', salib-salib terbuat dari emas dan perak, serta mimbarnya terbuat dari gading dan kayu hitam.
Tujuan dibangunnya gereja tersebut adalah untuk menarik perhatian dari raja. Selain itu, ia juga ingin mengubah pusat masyarakat Arab yang setiap tahun berziarah ke ka'bah, beralih ke gereja di Shan'a.
Karena Abrahah merasa bahwa ka'bah telah membuat masyarakat Arab tidak mau beribadah ke gereja di Shan'a, akhirnya ia memiliki niat untuk menghancurkan ka'bah.
Abrahah beserta pasukannya menaiki gajah untuk menuju ke Mekkah, dimana bagi masyarakat Mekkah, hal itu sangat asing.
Sebelum mewujudkan niatnya, Abrahah mengumumkan kepada masyrakat Mekah, khususnya suku Quraisy, untuk tidak takut kepada mereka, sebab mereka hanya berniat menghancurkan ka'bah, bukan untuk perang. Namun meski begitu, pasukan Abrahah melakukan perampasan harta dari kaum yang lemah.
Salah satu harta rampasan Abrahah adalah dua ratus ekor unta milik Abdul Muthollib bin Hasyim. Penduduk setempat tidak berani melawan, sebab pasukan Abrahah berjumlah sangat banyak.
Abdul Muthollib bin Hasyim pada saat itu merupakan pemimpin Mekah. Ketika pertama melihatnya, Abrahah langsung tunduk hormat kepada Abdul Muthollib bin Hasyim.
Abdul Muthollib bin Hasyim mendatangi markas perang Abrahah. Tujuannya tak lain adalah untuk mengambil hartanya yang dirampas, yakni dua ratus ekor unta.
Abrahah merasa tersinggung, sebab tujuannya untuk menghancurkan ka'bah tidak dibahas sama sekali oleh Abdul Muthollib. Namun setelah Abrahah membahasnya, Abdul Muthollib hanya menjawab bahwa dia pemilik unta, bukan pemilik ka'bah. Ka'bah milik Allah.
Abdul Muthollib kemudian menawarkan harta lain kepada Abrahah supaya keinginannya untuk menghancurkan ka'bah dibatalkan. Namun ternyata keinginan tersebut sudah sangat kuat. Abrahah tetap bulat tekadnya untuk menghancurkan ka'bah.
Pada saat Abrahah mengerahkan pasukannya, tiba-tiba saja mereka merasa dihujani batu yang dibawa oleh kawanan burung besar. Burung itu seperti menyebarkan virus yang sangat mematikan. Pasukan Abrahah mendapati kulitnya mulai mengeluarkan letupan-letupan. Tidak sedikit pasukan Abrahah yang tewas akibat hal itu, bahkan Abrahah sendiri pun tewas. Peristiwa ini kemudian diabadikan oleh Allah dalam surat al-Fiil juz 30.
Sebagai umat muslim, seharusnya kita bisa mengambil pelajaran dari cerita di atas. Dari cerita tersebut, kita tentu saja harus menghindari beberapa sifat dari Abrahah berikut ini:
1. Sombong
Abrahah merupakan seorang raja yang sombong. Ia merasa bahwa dirinya adalah raja yang kuat dan berkuasa. Abrahah merampas harta kaum-kaum yang lemah.
Tak hanya itu, ia juga merasa bahwa yang dimilikinya-lah yang harus dikagumi dan dihormati.
Allah SWT berfirman pada surat Luqman ayat 18 : "Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri."
Sifat sombong harus kita hindari. Lawan dari sifat sombong adalah rendah hati (tawadhu'). Allah sangat menyukai hamba-Nya yang memiliki sifat rendah hati.
2. Iri
Iri adalah sifat yang timbul pada seseorang ketika tidak senang melihat keunggulan yang lain.
Sifat iri Abrahah bisa kita lihat ketika dia tidak senang terhadap ka'bah yang selalu ramai dikunjungi oleh umat muslim setiap tahun.
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Q.S. an-Nisa ayat 32)
3. Dengki
Rasa iri Abrahah berbuah kepada dengki. Beda antara iri dengan dengki adalah, iri hanya rasa cemburu terhadap nikmat yang lain, sedangkan dengki adalah sikap yang berharap agar kenikmatan terhadap yang lain hilang.
Dari Anas ra. yang berkata bahwa Nabi saw. bersabda, "Janganlah kalian saling membenci, saling mendengki, saling memalingkan muka, dan saling memutuskan ikatan, dan jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah bersaudara. Tidaklah halal bagi seseorang muslim untuk mengabaikan dan tidak bertegur sapa dengan saudaranya lebih dari tiga hari." (Muttafaq 'alaih)
Kangen juga sama tulisanmu, Mas...
ReplyDelete