Basa-Basi Dulu
Perjalanan kali ini kayaknya jadi perjalanan paling melelahkan buatku. Nggak kayak tahun sebelumnya, mudik mengendarai motor kali ini sungguh terasa melelahkan. Entah itu disebabkan karena berat badanku yang mulai naik, atau karena tulang-tulangku yang sudah mulai menua. Rasanya perjalanan panjang kali ini kerasa beraaaaat banget. *lebay
Tanggal 19 kemarin, aku memutuskan untuk balik ke Bogor. Kali ini aku balik ke Bogor mengendarai motor dari Jombang. Sebenernya waktu rundingan sama teman-teman buat mudik naik motor, aku antara setuju dan tidak. Soalnya pas dibayangin, kayaknya tuh rasanya bakal capek banget. Tapi kalau dipikir-pikir, naik motor tuh seru juga. Akhirnya, kita ketok palu, mudik kali ini kita naik motor!
Sebenarnya, pemerintah udah ngeluarin aturan tentang larangan mudik. Tapi, anu, kita kayaknya masih belum bisa jadi warga negara yang baik, deh. Bukan berarti juga kita nggak sayang sama keluarga, tapi insyaAllah, kita udah memastikan kalau kita udah bebas dari virus. Soalnya, kita pun sebelumnya juga udah swab test. *ke depannya mah kita serahin sama Allah.
Perjalanan Jombang-Bogor
Aku berangkat dari Jombang bareng sama temanku menuju ke Batang. Di Batang, kami menemui teman kami yang tinggal di sana, kemudian kami berangkat bertiga menuju Bogor.
Perjalanan dari Jombang menuju Batang kurang lebih menghabiskan waktu 8 jam. Kami memilih rute pantura, yakni dari Jombang, menuju Lamongan, kemudian ke Tuban, Rembang, Pati, Kudus, Demak, Semarang, Kendal, kemudian Batang.
Sebenarnya ada jalur yang lebih dekat, yakni lewat jalur tengah, melalui Nganjuk, Madiun, Solo, Semarang, lanjut Batang. Namun rasanya jiwa jalan-jalan kami meronta-ronta, jadi lah, kami kemudian memilih jalur panjang.
Perjalanan ini membuat tulang ekorku terasa sakit. Semua badan seperti diremas-remas. Entah karena apa itu, padahal kami pun sering berhenti untuk istirahat.
Memutuskan Bermalam di Cirebon
Pukul 23.00 WIB, kami tiba di Kabupaten Cirebon, wilayah pertama yang menyapa saat mulai memasuki Provinsi Jawa Barat. Kami kemudian memutuskan untuk bermalam di Cirebon saja.
Biasanya, kami menginap di SPBU, masjid, kantor polisi, atau supermarket (yang sudah tutup). Namun entah kenapa tadi semua badan capek banget. Rasanya kepengin nempel di kasur. Apalagi, kami juga bawa tiga buah laptop. Khawatir terjadi apa-apa kalau bermalam di keramaian, akhirnya kami iseng cari penginapan murah di wilayah Cirebon.
Nah, awal mulanya, aku nggak paham gimana caranya cari penginapan. Akhirnya, aku googling pakai kata kunci 'Penginapan Murah Terdekat', Eh ... dapet dong! Sengaja pakai kata 'murah', biar lebih hemat. Hahaha.
Pas pertama buka web-nya, ada banyak banget tulisan yang bikin bingung. Single bed itu apa, double itu apa, terus ada simbol ini, simbol itu.
Akhirnya, sambil cari hotel, aku sekalian belajar maksud dari tulisan-tulisan itu. Oh ... ternyata single bed itu kasur yang ukurannya cuma buat satu orang. Kalau double bed, itu satu kasur yang bisa dipakai buat dua orang.
Terus ada tulisan 'PARKIR', ini maksudnya apa sih? Parkir gratis, atau disediakan tempat parkir?
Dapat Tempat Penginapan Sesuai Harapan
Setelah googling, akhirnya muncul beberapa pilihan. Kami kemudian diskusi panjang lebar dan akhirnya ada satu hotel yang menarik perhatian kami. Namanya adalah The Lima Guest House Syariah. Alasan kami memilihnya adalah :
1. Harganya murah
2. Jaraknya sangat dekat dari Pantura
3. Fasilitasnya banyak
Tiga hal itu pun jadi alasan kuat kami untuk memilih tempat tersebut. Jarak dari pantura kurang lebih 3 km. Cukup dekat. Hanya butuh waktu 5 menit untuk menjangkau lokasi. Lokasinya berada di Jl. Rajawali Timur II No.15 Larangan, Kec. Harjamukti, Kota Cirebon Jawa Barat. Bagi kami yang udah capek dan ngantuk banget, tentu saja ini sangat menarik.
Harga untuk satu kamarnya adalah Rp109.000, di mana dalam satu kamar itu ada dua kasur. Satu kasur adalah single bed, dan satunya lagi adalah double bed. Ini sesuai harapan kami, karena kami kan bertiga. Dari harga tersebut, aku dan teman-teman udah dapat fasilitas yang menurutku bagus banget.
Ternyata, di The Lima GH Syariah ini disediakan tempat parkir dan gratis. Tentu saja ini membuat hati kami tenang. Apalagi kami bawa oleh-oleh banyak dari kampung. Kalau motor diparkir di luar dan tanpa dipantau, bisa lari kemana oleh-oleh itu?
Oh iya, untungnya hotel ini melayani tamu selama 24 jam. Jadi, karena kami datang tepat jam 12 malam, mereka tetap melayani kami dengan ramah.
Bagi para perokok tak perlu cemas. The Lima GS Syariah menyediakan ruang khusus bagi perokok. Jadi bagi yang merokok, ada ruang tersendiri. Sehingga, mereka yang tidak merokok dapat tetap terjaga dari asap rokok.
Meski harganya murah, namun fasilitas di hotel ini nggak murahan loh. Kamarnya bersih banget, ada Wifi gratis, TV, kamar mandi yang bersih, dan tentu saja AC.
Pas mau ke kamar mandi, ternyata di hotel tuh disediain sandal juga ya. Sayangnya nggak bisa dibawa pulang sih.
Wah, seru banget ya kak kayaknya.
ReplyDeleteNaik motor jauh gitu.
Aku mana boleh sama ortu :-(
Btw, hotelnya menarik juga. Kapan-kapan boleh deh nyobain.
Wah, tinggal aku nih yg belum pernah nginap di hotel.
ReplyDelete