Aku tak pernah membenarkan hubungan yang bernama pacaran, namun tentu saja aku tak bisa menyalahkan perasaan sayang.
Sebagai manusia biasa, aku pun merasakan jatuh cinta. Perasaan yang timbul ketika bertemu dengan wanita.
Allah Sang Maha Pencipta memiliki sifat pengasih dan penyayang, Dia-lah Tuhan yang Maha Mencintai dan menyayangi. Mana mungkin kita yang telah diciptakan dengan hati, tidak boleh mencintai?
Kita mungkin bisa dengan mudahnya mencintai orang lain. Namun memaksanya untuk membalas cinta, bukanlah hak kita.
Tulisan ini hanya sebuah pengungkapan rasa kekesalan. Orang umum lazim menyebutnya sebagai curhatan. Namun aku enggan melebih-lebihkan kesedihan. Aku hanya ingin sedikit menumpahkan kegalauan.
*
Dua belas tahun lalu aku mengenal wanita ini. Wanita yang saat awal masuk Madrasah Tsanawiyah, duduk berdekatan denganku. Wanita itu dengan riangnya menyambut diriku yang telah dua pekan absen dari masa orientasi sekolah. Dia menyapaku. Aku langsung menikmati obrolan pertama itu.
Dia tak pernah mempersoalkan apa pun yang kurang dari padaku. Aku pun tak pernah membahas segala yang tak kusuka terhadapnya. Semua kupendam. Kami saling meyakini bahwa ketidaksempurnaan ada pada setiap insan di bumi.
Kami menjalani belasan tahun dengan cara yang sederhana. Kami tak berpacaran. Kami saling menjaga, meski untuk bertemu mungkin hanya bisa sesekali saja.
Terima kasih kepada media sosial, yang telah menemani kami dalam membangun hubungan layaknya di atas kapal. Kami benar-benar merasakan bagaimana menjaga hubungan di atas jalan yang terjal. Meski selama itu benar-benar menguji mental, namun kami yakin suatu saat akan ada kebahagiaan yang mengawal.
Beberapa waktu silam aku pernah berkata padanya, andaikan kami tak disatukan dalam ikatan yang bernama rumah tangga, semoga kami akan selalu dipertemukan dalam keadaan yang baik-baik saja.
Keyakinan yang saling kami tumbuhkan sebelumnya, ternyata hanyalah impian belaka. Dia telah memilih lelaki lain untuk dapat memasangkan cincin di jarinya. Aku terlalu hanyut dalam ketidakpercayaandirianku untuk dapat mengikrarkan hubungan, yang kemudian malah membuat orang lain mendahuluiku.
Semua yang kupersiapkan untuk dapat menemaninya kelak, rasanya hanyalah hal sia-sia. Kepercayaan yang telah lama kujaga, langsung hancur tak bersisa.
Aku tak pantas untuk menghalangi langkahnya. Namun tentu saja aku berhak untuk menangisinya. Rasanya dusta jika kali ini aku berkata bahagia saat melihatnya bahagia.
Aku harus bisa melepasnya, meski nyatanya tidak benar-benar bisa.
Semoga Tuhan dapat menghapuskan perasaan ini kepada dirinya.
Terakhir, lagu ini aku persembahkan untuk dirinya yang telah menemaniku dari lama. Semoga kebahagiaan selalu bersamanya.
Bogor, 04 Juni 2022,
Seseorang yang sedang merenungi kisah.
Sedih ... Semangat mabro
ReplyDeleteSedih bacanya. Lagunya mantul, semoga tersampaikan ke si dia ya
ReplyDelete