Sunday, 4 June 2023

Luka yang Belum Hilang


Pagi ini, seperti biasa, aku memulai hidupku dengan mengucap syukur, sebuah kebiasaan yang diajarkan oleh bapakku sejak aku masih bau kencur.

"Kita hidup harus selalu bersyukur. Kalau terbiasa, kita juga harus bersyukur karena terbiasa bersyukur," begitu katanya.

Aku selalu bersyukur karena dipilih menjadi salah satu manusia di muka bumi ini sebagai manusia yang tidak mudah mengeluh. Aku bersyukur karena oleh Allah, diberikan takdir hidup yang begitu indah, walau kadang tak masuk ke akalku.

Sebuah Curhatan yang tak perlu dibaca
Aku bukanlah orang yang suka bercerita hal sedih kepada orang lain. Bisaku hanya membuat orang-orang di sekitarku senang dan memberikan cerita menyenangkan pada mereka. Maka dari itu, tulisan ini kubuat, sebagai tempat meluapkan kesedihan dan kekecewaan, karena kuyakin, tak akan ada yang membaca tulisan ini.

Aku di dunia nyata dan dunia maya adalah dua orang yang berseberangan sifatnya. Di dunia nyata, aku adalah orang yang selalu ingin tertawa dan bahagia. Di dunia maya, sifatku berubah menjadi orang yang hatinya mudah teriris, melankolis, dan gampang menangis.

Meski aku adalah orang yang suka mendengarkan orang lain bercerita, aku sebenarnya adalah orang yang pemalu. Malu untuk bercerita lisan tentang hal gundah yang sedang terjadi.

...

Sudah tiga hari ini aku tak merasa nyaman dengan suasana hati. Hal ini aku rasakan sejak aku kembali menjalin komunikasi kembali dengan seorang perempuan yang sejak kelas 1 SMP menemani hari-hariku dahulu. Ada rasa senang ketika dia merespon baik komunikasi kami. Namun, ada rasa yang tak dapat dituliskan ketika mengingat bahwa dia saat ini telah sah menjadi milik orang lain.

Ada kenangan mendalam di setiap tulisan yang dikirim olehnya. Sejak 2010 hingga 2022, dia adalah penyemangat yang hadir dalam hidupku. Sebenarnya, hingga saat ini dia masih menjadi penyemangatku, namun ada pagar yang harus kubangun untuk membatasi diri terhadap hal-hal yang tidak wajar.

Aku sudah berusaha memblokir nomornya. Namun rasanya selalu ada rasa penasaran terhadap dia. Rasa penasaran dengan hal yang dilakukannya di setiap menit. Rasa penasaran akan status barunya sebagai istri orang. Rasa penasaran itulah yang kemudian membuatku menonaktifkan keputusanku untuk memblokirnya. Aku tahu itu adalah tindakan yang salah.

Setiap teman memintaku agar segera move on dari dia. Namun sudah empat bulan sejak pernikahannya ini, bayangannya belum bisa hilang sepenuhnya.

Dia benar-benar menghilangkan konsentrasiku beberapa hari ini. 

...

Jam 3 pagi, seperti biasa, aku membangunkan anak-anak santri untuk melaksanakan ibadah sholat tahajud. Pertama, aku membangunkan beberapa santri kelas 3 yang saat ini telah masuk ke masa pengabdian. Ketika memasuki ruang kamar mereka, hanya kudapati beberapa santri yang terbaring lelap di kasur. Sisanya, aku yakin mereka tidur di ruang perpustakaan gedung 2 pondok.

Aku kemudian bergegas menuju ruang perpustakaan. Tubuh menggigil masih menyertaiku sejak semalam terguyur hujan lebat setelah pulang dari kondangan dari tempat salah satu ustadz.

Di ruang perpustakaan, kudapati beberapa santri kelas 3 masih tertidur nyenyak. Aku kemudian membangunkan mereka dengan nada yang cukup keras, tak seperti biasanya. Mereka lalu kuminta untuk menjalankan tugasnya, membangunkan santri kelas 1 dan 2 di asrama.

Aku mengontrol mereka agar tugas dijalankan dengan baik. Sebenarnya mereka menjalankan tugas seperti biasanya. Hanya saja, karena kondisi hati ini sedang kurang baik, mereka lalu kumarahi karena kurasa tadi mereka kurang tegas dalam menjalankan tugas.

Setiap bangun, aku pasti mampir ke kantin dan membeli dua makanan ringan. Satu bungkus untuk aku makan sendiri, satu bungkus lagi kuberikan ke salah satu santri. Tapi tidak untuk beberapa hari ini. Sebagai salah satu santri yang paling aku percaya, ku rasa dia sudah membuat kecewa. Menghilangkan kepercayaan yang diberikan. 

Sebenarnya tidak terlalu mengecewakan, hanya saja, lagi-lagi karena kondisi hati yang sedang tidak baik, membuat kesalahan kecil berasa sangat besar.

Orangtuaku pagi ini menelfon. Sudah beberapa hari ini ternyata aku tak mengirim kabar ke mereka. 

...

Empat bulan. Entah berapa lama lagi aku harus menghilangkan luka ini dari hati. Apakah lelaki boleh serapuh ini dalam urusan hati? 

No comments:

Post a Comment