Dokumen pribadi
Dari kiri ke kanan: Rifqi, Aldi, Gilang, Lutfi, Alm. Aurizan (Ijun)
Semoga tulisan ini tidak melambatkan jalan almarhum menuju ke singgasananya di akhirat.
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, Telah meninggal dunia, sahabat kita, M Aurizan Syahril, pada hari Jumat, 10 Agustus 2018. Almarhum merupakan alumni MAN Jombang angkatan 23 (lulus 2016). Meninggal di usianya yang ke-20 tahun. Akan sedikit kukenalkan tentang Aurizan ini. Oh ya, aku dan teman-teman biasa memanggilnya Ijun.
Aku pertama mengenal Ijun saat masa Penerimaan Tamu Ambalan (PTA) di MAN Jombang. Di sekolahku itu, ada dua jenis masa orientasi siswa. PTA adalah masa orientasi yang bernuansa serba pramuka. Kami berdua masuk dalam satu kelompok yang sama. Namanya "Sangga Beringin". Saat pertama melihat name tag di sakunya, aku hanya berpikir cara untuk memanggil dirinya. Mau memanggil Aurizan, tapi kepanjangan. Mau panggil Aur, tapi terlalu lucu. Akhirnya aku memanggilnya Rizan.
"Rizan, aku minta nomormu." Aku ingat betul saat pertama meminta nomornya. Maka itulah nomor hape pertama siswa MAN Jombang yang kusimpan.
Dia memberikan nomornya sambil mengatakan, "Panggil Ijun aja."
Jujur, selama tiga hari masa PTA, kami kemana-mana selalu berdua. Aku mengikutinya, dia mengikutiku. Sampai aku berpikir jangan-jangan dia tidak punya teman.
Ketika PTA, kami siswa baru diharuskan membawa bekal dengan lauk-lauk yang ditentukan oleh kakak pendamping. Jumlahnya pun ditentukan. Di hari kedua, kami diperintah untuk membawa permen (kalau tidak salah) sebanyak 20 bungkus. Aku kelupaan. Akhirnya Ijun membagi permen yang dibawanya. Sepuluh bungkus diberikan untukku. Hasilnya, kami berdua tetap kena hukuman karena jumlahnya kurang. Ijun oh Ijun, terima kasih bro.
Dokumen pribadi
Alm Aurizan (Ijun) dan Lutfi di kantor walikota Semarang.
Foto di atas diambil ketika aku dan Ijun melakukan daftar ulang saat masuk kuliah. Pasti kalian akan berpikir bahwa kami berdua satu kampus. Padahal tidak. Jangankan satu kampus, satu kota saja tidak. Aku saat itu terdaftar sebagai mahasiswa baru di UIN Walisongo Semarang, sedangkan Ijun di IAIN Surakarta.
"Jun, daftar ulang tanggal berapa?" Aku bertanya pada Ijun.
"Tanggal 8 (Juli 2016), Lut."
"Waduh, aku tanggal 14."
"Santai, Lut. Aku antar. Nanti kita berangkat bareng, pulang bareng, ya." Ijun menawarkan diri untuk menemani diriku.
"Lho, jangan Jun. Rugi di kamu nanti." Aku hampir menolak niat baiknya.
"Gapopo. Tenang. Mumpun lagi ramadan. Jadi agak hemat."
Percakapan di atas dilakukan dengan menggunakan bahasa Jawa.
Tanggal 6 Juli malam, kami berangkat. Pertama, kami mendatangi kampus Ijun, IAIN Surakarta. Sampai di Kartasura-nama daerah tempat IAIN Surakarta pukul 2 malam. Kami memutuskan untuk bermalam di Masjid karena lokasi kampus belum kami temukan saat itu. Google maps masih belum kami gunakan.
Paginya, kami mencari kampus Ijun.
Tanggal 11 Juli, kami melanjutkan perjalanan ke Semarang. Sebenarnya aku merasa tidak enak pada Ijun. Harusnya dia bisa pulang di hari itu. Makan enak, tidur di kasur rumahnya, nonton tipi. Namun katanya, aku ingin sekalian melihat kampusmu, siapa tahu aku bisa kesini kapan-kapan biar suatu saat kita bisa mendirikan bisnis bareng untuk membiayai kuliah. Kita pasti bisa bayar kuliah sendiri, kok. Tanpa harus membebani orangtua. (asli ... nulis ini sambil nangis)
Selama berhari-hari Ijun menemani diriku di Semarang. Sebenarnya ada satu temanku juga yang masuk di kampus yang sama denganku. Namanya Vivi. Dia mengajakku untuk berangkat bareng ke Semarang. Namun aku sudah terlanjur janji berangkat berdua dengan Ijun. Vivi diantar sang ayah.
Terima kasih, Jun. Andai waktu itu aku berangkat sendiri, pasti sudah kesasar kemana-mana.
Tahun 2017, aku memantapkan diri untuk keluar dari kuliah. Aku memutuskan untuk merantau ke Bogor. Namun beberapa hari setelah kepergianku dari Semarang, Vivi sakit. Dia harus menjalani rawat inap selama beberapa hari.
Aku mengirim pesan kepada Ijun, "Jun, aku titip Vivi ya. Kalau dia ngajak pulang bareng ke Jombang, tolong dibarengin."
Tanggal 2 Agustus kemarin, aku menghubungi Ijun. Rencananya, dalam waktu dekat ini, aku akan berkunjung ke kos-nya di Solo. Namun qadarullah, dia telah dipanggil oleh Allah.
Bunga terindah akan dipetik terlebih dahulu.
Selamat jalan, Ijun. Teman yang baik. Teman yang rela susah di kota orang untuk menemani temannya. Semoga meninggal di hari Jumat adalah sebuah tanda bahwa kamu adalah orang yang baik di mata Allah.
Bogor, 11 Agustus 2018.
Aku yang tak sempat hadir di acara pemakamanmu.
Lutfi.
Husnul khotimah... Aamiin
ReplyDeleteAamiin, minta doanya mbak :) Semoga semua saudara kita mendapat tempat yang terbaik di akhirat :)
DeleteTurut berduka cita, semoga husnul khotimah. Tak ada yg tau kapan habis umur kita.
ReplyDeleteAamiin. Semoga kita juga kelak meninggal dalam keadaan khusnul khotimah :)
Deleteturut berduka cita mas, semoga tenang di alam sana :)
ReplyDeleteaamiin :)
DeleteKullun nafsin dzaaiqotul mauut, semoga ijun diterima disisi Allah, dan kelak dpat menyambut kita di jannah-Nya.Amin
ReplyDeleteAamiin meg :)
DeleteAku nangis loh, Fi ðŸ˜
ReplyDeleteaku nulis nangisnya ðŸ˜
DeleteðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
ReplyDeletepie maaneh piee
DeleteJadi sedih cak...
ReplyDeleteudah sampai nangis, belum?
DeleteKetika waktu mempertemukan untuk sebuah perpisahan, maka semoga ia juga akan memisahkan untuk sebuah pertemuan yang lebih baik lagi.
ReplyDeletehalah bingung. Intine ae pie
DeleteTgl 16/11/18 insya Allah 100 harinya izan🌼
ReplyDeleteYa Allah cepet e
Delete